BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bagi anak-anak
bermain merupakan dunia mereka karena merupakan kegiatan yang menimbulkan
kenikmatan yang akan menjadi ranagsangan bagi perilakuu yang lainnya. Namun,
tidak demikian kenyataannya, dari pagi
hingga siang ank-anak harus belajar di kelas dengan kondisi sangat tersiksa.
Mereka tidak boleh bergerak, tidak boleh berbicara, harus duduk yang rapi, tangan di meja melihat Ibu/
Bapak Guru. Keadaan ini membuat para
siswa cenderung bosan dalam mengikuti pelajaran sehingga yang mereka nantikan
hanyalah bel pulang yang berbunyi.
Selain itu,
karena hanya duduk diam saja dikelas maka energi yang mereka miliki tidak
tersalurkan sehingga dapat menimbulkan perilaku negatif. Oleh karena itu, Guru
harus kreatif dalam menyiasati hal tersebut dengan cara menciptakan
pembelajaran yang menarik bagi para siswa. Salah satu upaya yang dapat
dilakukkan adalah dengan pembelajaran yang melibtkan permainan di
dalamnya. Karena seperti yang diuraikann
diatas bahwa bermain merupakan dunia anak yang tidak dapat dipisahkan dari
mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan bermain ?
2. Apa
yang dimaksud dengan permainan ?
3. Apa
yang dimaksud dengan permaianan bahasa ?
4. Apa
saja contoh-contoh permainan bahasa ?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian bermain, permainan dan mengetahui
pengertian permainan bahasa serta contoh-contoh permainan bahasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Bermain
Menurut
Seto dan Soemitro (dalam Djuanda, 2006:89):
Bermain (play) mengacu pada beberapa teori
bermain yang dikemukakan para ahli.
Pengertian bermain tak dapat dilepaskan
dari sudut pandang teori yang mendasari fungsinya. Dari sejumlah teori yang ada
dapat dikemukakan tujuh pandangan utama, yaitu : (1) teori surplus energi, (2)
teori relaksasi, (3) teori preparasi, (4) teori rekapitulasi, (5) teori
perkembangan, (6) teori penyaluran sosioemosional, dan (7) teori kognitif.
1. Teori
surplus energi
Menurut teori ini bermain merupakan
salah satu kegiatan untuk menyalurkan energi berlebih yang dimiliki oleh
anak-anak. Karena pada umumnya anak-anak tidak seperti orang dewasa yang dapat
menyalurkan tenaganya untuk bekerja, sehingga tenaga yang berlebihan itu
sebaiknya digunakan untuk bermain. Hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal
negatif yang mungkin dilakukan oleh
anak-anak.
2. Teori
relaksasi
Teori ini masih berkaitan dengan
teori surplus energi karena menurut teori ini setelah anak-anak menyalurkan
energi anak di bawa ke dalam suasana yang lebih santai setelah susah payah
mempelajari sesuatu.
3. Teori
preparasi
Menurut
teori ini bermain merupakan kegiatan alamiah yang dapat memperkuat insting yang
diperlukan untuk kelangsungan hidupnya di masa yang akan datang.
4. Teori
rekapitulasi
Menurut teori ini kegiatan bermain
pada anak menunjukkan pengalaman nenek moyang ras tertentu (pengulangan
perkembangan ras) atau anak melakukan kembali berbagai perilaku manusia dewasa
yang ada selama zaman purba sampai zaman modern.
5. Teori
perkembangan
Menurut teori ini bermain dapat
melatih berbagai keterampilan, dimana hal tersebut dapat mengembangkan
kemampuan anak dalam proses menuju kematangan.
6. Teori
penyaluran emosi
Teori ini berpandangan bahwa
bermain adalah sarana penyaluran emosi anak. Dalam pembelajaran satu arah atau teacher
center yang banyak berbicara atau beraktivitas adalah guru sehingga anak
cenderung pasif dan tidak menyalurkan emosi dan energinya dalam pembelajaran.
7. Teori
Kognitif
Teori ini dikemukakan olen Jean
Piaget yang mengungkapkan bahwa bemain dapat mengaktifkan otak anak,
mengintegrasikan belahan otak kanan dan kiri secara seimbang dan membentuk
syaraf.
Dari teori-teori
diatas dapat kita simpulkan bahwa bermain memiliki peran penting dalam perkembangan
keterampilan dan kecerdasan anak.
B. Permainan
Permainan
merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia, dari apa yang tidak dikenali
sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuat sampai mampu
melakukan. Bermain merupakan kegiatan yang sangat penting bagi anak seperti
halnya kebutuhan terhadap makanan bergizi dan kesehatan untuk pertumbuhannya.
Bermain juga sangat dibutuhkan oleh anak seperti halnya pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh orang dewasa. Dengan
bermain anak dapat melatih ativitas fisik dan mental mereka. Selain itu
permainan juga bisa digunakan sebagai media sosialisasi anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya dan lingkungannya.
Menurut Soeparno
(1988:60) “Permainan merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh suatu
keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan”. Jadi dalam bermain kita tidak hanya mendapat
kegembiraan tetapi juga mendapatkan suatu keterampilan tertentu. Kegembiraan
yang kita dapat dalam suatu permainan bukan saja karena kita menang dalam
permainan tersebut tetapi selama permainan tersebut kita mendapatkan kegembiraan
atau kesenangan
Apabila dalam
permainan tersebut kita mendapatkan keterampilan berbahasa seperti menyimak,
membaca, berbicara dan menulis maka permainan itu disebut dengan permainan
bahasa.
C. Permainan Bahasa
1.
Hakikat Permaianan Bahasa
Masalah permainan
itu sendiri hampir tidak pernah terpisahkan dari kehidupan manusia, dari bayi,
anak-anak, remaja, hingga dewasa. Dengan jalan bermain pula kita memperoleh
suatu kegembiraan dan kesenangan. Namun kegembiraan yang kita dapatkan bukan
hanya karena kita memenangkan permainan tersebut. Kalah menang bukan tujuan utama permainan
karena dalam permainan kita juga melatih keterampilan-keterampilan tertentu
misalnya keterampilan berbahasa.
Pada hakikatnya,
permainan bahasa merupakan salah satu aktivitas untuk mendapatkkan suatu
keterampilan tertentu yaitu keterampilan bahasa dengan cara yang
menggembirakan. Permainan dapat disebut dengan permainan bahasa jika dalam
permainan tersebut kita memperoleh keterampilan bahasa seperti menulis,
membaca, menyimak dan berbicara.
2. Tujuan Permainan Bahasa
Menurut Soeparno (1988:61) “Permainan
bahasa mempunyai tujuan ganda, yakni untuk memperoleh kegembiraan, dan untuk
melatih keterampilan berbahasa tertentu”.
Suatu permainan dikatakan permainan bahasa hanya jika mengandung
keterampilan bahasa dan menyenangkan. Namun, jika permainan tersebut hanya
menimbulkan kegembiraan saja tanpa adanya keterampilan bahasa yang didapat maka
permainan tersebut bukan merupakan permainan bahasa.
Permaina bahasa
yang dilaksanakan harus secara langsung harus secara langsung dapat menunjang
tercapainya tujuan pembeljaran yang ingin dicapai guru. Selain itu permainan
dapat menumbuhkan sikap positif siswa seperti solidaritas, sportivitas,
kreativitas dan rasa percaya diri.
Permainan bahasa tidak bisa dijadikan untuk alat ukur
keberhasilan belajar siswa, karena anak yang kalah dalam permainan belum tentu
kurang pandai dan anak yang menang dalam
permainan belum tentu pandai. Jika dipaksakan sebagai alat evaluasi, maka akan
merupakan alat evaluasi yang tidak baik karena permainan bahasa tersebut
mengandung unsur spekulasi yang cukup besar (Soeparno, 1988:61).
3. Faktor Penentu Keberhasilan
Permainan Bahasa
Soeparno (1988:62) mengungkapkan
keberhasilan permainan bahasa ditentukan oleh beberapa factor, diantaranya :
a. Situasi
dan Kondisi
Permainan
bahasa bisa dilaksanakan dalam situasi dan kondisi apa pun. Namun alangkah
lebih baiknya jika permainan bahasa dilakukan pada jam-jam akhir pelajaran
karena pada saat tersebut siswa dalam keadaan letih dan lesu sehingga siswa dapat
kembali bersemangat untuk mengkuti pelajaran.
b. Peraturan
Permainan
Setiap
permainan harus memiliki peraturan yang dimana peraturan tersebut diketahui dan
disetujui baik oleh juri maupun oleh para pemain. Lebih pentingnya lagi peraturan
tersebut harus dipatuhi oleh para pemain. Jangan sampai muncul peraturan baru
di tengah-tengah permainan.
c. Pemain
Dalam
permainan bahasa, unsur pemain sangat penting karena jika terjadi kendala para
pemain maka permainan tersebut tidak akan berjalan dengan lancar. Para pemain
di tuntut memiliki sportivitas yang tinggi, jika salah satu pemain bertindak
curang maka permainan akan menjadi tidak sehat. Oleh karena itu, pemain yang
melakukan kecurangan harus mendapatkan hukuman. Selain itu pemain juga harus
serius dalam melakukan permainan. Hendaknya guru mendorong para siswa untuk
bermain dengan sungguh-sungguh. Dalam permainan bahasa diusahakan agar para
pemain yang bertanding memiliki kekuatan yang seimbang agar permainan berjalan
dengan seru. Biasanya dalam satu kelas terdapat siswa yang relative banyak
sehingga guru harus melibatkan seluruh siswa dengan cara membagi tugas kepada
siswa dalam permainan tersebut sehingga tidak ada siswa yang hanya menjadi
penonton dan mengganggu jalannya permainan.
d. Pimpinan
permainan/juri
Suatu
permainan biasanya dipimpin oleh seorang juri. Seorang juri harus mengetahui
dengan baik aturan-aturan permainan. Selain itu, juri juga harus memiliki sikap
yang tegas, adil, jujur dan berwibawa serta cekatan. Yang berhak menjadi juri
dalam permainan adalah seorang guru atau guru tersebut dapat menunjuk salah
seorang siswa yang dinilai mampu untuk menjadi juri.
4. Kelebihan dan kekurangan
permainan bahasa
Soeparno (dalam
Djuanda, 2006) mengungkapkan kelebihan
dan kekurangan permainan bahasa sebagai berikut :
Kelebihan permainan
bahasa ialah :
a. Permainan
bahasa sebagai metode pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar.
b. Aktivitas yang dilakukan siswa bukan saja
fisik tapi juga mental
c. Dapat membangkitakan motivasi siswa dalam
belajar
d. Dapat memupuk rasa solidaritas dan kerja sama
e. Dengan permainan materi lebih mengesankan
sehingga sukar dilupakan
Kekurangan
permainan bahasa ialah :
a. bila jumlah siswa terlalu banyak akan sulit untuk
melibatkan seluruh siswa dalam permainan
b. tidak semua materi dapat dilaksanakan melalui
permainan
c. permaianan banyak mengandung unsur spekulasi
sehingga sulit untuk dijadikan ukuran yang terpercaya.
D. Contoh-contoh Permainan Bahasa
Banyak
ragam permainan bahasa yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Macam-macam permainan tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Bisik Berantai
Menurut Djuanda
(2006:96), "Permainan ini dilakukan
dengan cara, setiap siswa harus membisikan suatu kata (untuk kelas rendah) atau
kalimat atau cerita (untuk kelas tinggi) kepada pemain berikutnya".
Permainan ini melatih keterampilan menyimak/mendengarkan.
2. Kim Lihat
Permainan ini
dilakukan secara berkelompok. Sediakan beberapa benda (sayur atau buah) yang
disimpan di dalam kotak tertutup. Salah satu anggota dari kelompok harus
melihat benda apa yang ada di dalam kotak, setelah itu siswa harus menjelaskan
secara rinci kepada kelompoknya tentang benda tersebut yang dilihatnya. Anggota
yang lain harus mengambil benda yang dijelaskan tadi. Kelompok yang paling
cepat dan dapat paling banyak menebak benda yang ada di kotak itulah
pemenangnya. Permainan ini melatih keterampilan menyimak dan berbicara.
3. Aku seorang ditektif
Permainan yang
dilakukan berpasangan ini, salah satunya menjadi ditektif dan seorang lagi
menjadi informan. Informan harus menentukan/memilih salah seorang dari temannya
yang ada di kelas sebagai penjahat yang akan dicari oleh ditektif. Informan
harus menulis ciri-ciri lengkap penjahat yang akan dicari ditektif. Setelah
ditektif membaca informasi tertulis itu lalu ditektif harus mencari siapa
target pencarian di kelas itu. Setelah ditemukan, berubah posisi dari ditektif
menjadi informan dan sebaliknya. Permainan ini untuk melatih keterampilan membaca
dan menulis.
4. Simon Berkata
Satu orang
adalah Simon. Ia berdiri menghadapi yang lain dan meneriakkan
perintah-perintah, seperti Simon berkata, "pegang jari kaki". Semua
harus mematuhi dengan memegang jari kaki. Tetapi jika Simon tidak menggunakan
kata-kata "Simon berkata" dan peserta lainnya mematuhi perintahnya
akan dikeluarkan dari permainan. Permainan menggunakan musik, yang dikeluarkan
dari permainan akan kembali bermain jika musik telah selesai. Yang menjadi
Simon sebaiknya bergantian.
5. Stabilo Kalimat
Permainan ini
berkelompok. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Tujuannya agar siswa dapat
menentukan kalimat yang salah dan yang benar dari wacana yang dibacanya. Wacana
yang disediakan harus berupa kliping yang didalamnya terdapat kalimat yang
benar dan yang salah. Caranya, guru memberikan intruksi kepada setiap kelompok
untuk mencari kalimat yang benar dan salah dalam kliping tersebut lalu
menandainya dengan stabilo yang berbeda. Setelah itu bagikan wacana, siswa
membaca lalu guru memberikan aba-aba untuk memulai. Siapa kelompok yang dapat
memberi tanda terbanyak pada kalimat yang benar dan salah, maka itulah
pemenangnya. Permainan ini melatih membaca cepat dan cermat serta memahami
kalimat. Untuk kelas tinggi kelas V atau VI.
6. Cerita berantai
Permainan ini
dilakukan berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 2 orang. Satu kelompok harus
melanjutkan cerita dari kelompok lain. Cerita sebaiknya dimulai dari guru.
Anggota kelompok yang satu sebagai pembicara yang bertugas melanjutkan cerita,
dan yang seorang lagi mencatat kalimat yang diucapkan setiap kelompok dan
membacakannya setelah cerita selesai. Permainan ini untuk melatih menyimak dan
menyusun cerita yang runtut. Digunakan untuk kelas IV, V dan VI.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bagi anak-anak bermain merupakan
dunia mereka karena merupakan kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan
menjadi ranagsangan bagi perilakuu yang lainnya. Bermain memiliki beberapa
teori yaitu teori surplus energy, teori relaksasi,teori preparasi, teori rekapitulasi,teori
perkembangan, teori penyaluran emosi dan teori kognitif.
Permainan merupakan suatu aktivitas
untuk memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara yang menggembirakan. Apabila
dalam permainan tersebut kita mendapatkan keterampilan berbahasa seperti
menyimak, membaca, berbicara dan menulis maka permainan itu disebut dengan
permainan bahasa. permainan bahasa merupakan salah satu aktivitas untuk
mendapatkkan suatu keterampilan tertentu yaitu keterampilan bahasa dengan cara
yang menggembirakan. Permainan bahasa mempunyai tujuan ganda, yakni untuk
memperoleh kegembiraan, dan untuk melatih keterampilan berbahasa tertentu.
Permainan bahasa keberhasilannya ditentukan oleh beberapa faktor yaitu situasi
dan kondisi, pemain,peraturan permainan dan pemimpin permainan/juri.
Contoh-contoh permainan bahasa anatara lain adalah simon berkata, cerita
berantai, stabile kalimat, aku seorang detektif dan sebagainya.
B. Saran
Dengan adanya penggunaan permainan
sebagai media pembelajaran bahasa semoga dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di sekolah dasar. Selain itu,
semoga para pendidik lebih termotivasi lagi untuk lebih kreatif dalam
menciptakan pembelajaran yang menarik dan disenangi para siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Djuanda,
Dadan.2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Komunikatif dan Menyenangkan.
Jakarta : Depdiknas
Soeparno. 1988. Media
Pengajaran Bahasa. Yogyakarta : PT. Intan Pariwara
Suyatno. 2005. Permainan
Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta : Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar